Posts

Showing posts from July, 2015

Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa yang berdiri pada abad ke-16 berkat perjuangan dan usaha Pangeran Jinbun atau Raden Patah. Beberapa faktor yang menyebabkan kerajaan ini berkembang pesat adalah : letaknya yang strategis serta terletak di tengah jalur perdagangan nasional yang menghubungkan antara barat dan timur  serta mundurnya Kerajaan Majapahit yang menyebabkan para pedagang Islam masuk ke Demak.  Dari aspek politik, dapat kita ketahui bahwa Raden Patah adalah keturunan Brawijaya, penguasa Majapahit. Setelah Raden Patah diangkat sebagai Bupati Demak Bintoro pada tahun 1500 M, ia bergelar Sultan Alam Akbar al-Fatah yang lebih dikenal dengan Raden Patah.  Kemudian setelah menjadi raja, ia memajukan perdagangan dan agama Islam. Demak menjadi negara maritim yang banyak dikunjungi oleh pedagang Islam, terlebih setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511 di bawah Alvonso d'Albuquerque. Pada tahun 1518, ia digantikan oleh Pati Unus (Pangeran Sabrang Lor).

Pengaruh Kebudayaan Hindu Budha Terhadap Sistem Pemerintahan

Salah satu contoh nyata pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia adalah perubahan sistem pemerintahan. Sebelum pengaruh Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, struktur sosial asli masyarakat Indonesia berbentuk suku-suku dengan pimpinannya ditunjuk atas prinsip primus inter pares. Setelah pengaruh Hindu-Buddha masuk, sistem pemerintahan ini berubah menjadi kerajaan. Kepemimpinan lalu diturunkan kepada keturunan raja. Raja dan keluarganya kemudian membentuk kalangan yang disebut bangsawan. Dalam perkembangannya, ada dua corak kerajaan berdasarkan budaya Hindu- Buddha. Kerajaan-kerajaan bercorak Hindu, antara lain, Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Mataram Hindu (Mataram Kuno), Kahuripan (Airlangga), dan Majapahit. Kerajaan Majapahit dikenal sebagai kerajaan Hindu terbesar. Adapun kerajaan-kerajaan bercorak Buddha, antara lain, Kerajaan Holing (Kalingga), Melayu, Sriwijaya, dan Mataram Buddha. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Buddha terbesar di Indonesia. Sistem penguasaan tanah Tanah dal

Bina Graha Kepresidenan

Image
Bina Graha Kepresidenan mungkin jarang didengar. Berbeda dengan istana kepresidenan yang lain seperti Istana Bogor atau Istana Cipanas. Reseapedia kali ini akan membahas tentang Gedung Bina Graha Kepresidenan yang memiliki nilai sejarah tersendiri. Bina Graha Kepresidenan. Bina Graha adalah gedung kepresidenan yang dibangun pada masa pemerintahan Presiden Soeharto yang diprakarsai oleh Ibnu Sutowo, Direktur Pertamina pada masa "Oil Boom" yakni devisa negara yang meningkat karena kenaikan harga minyak dunia akibat embargo minyak atas prakarsa Raja Faisal bin Abdul Aziz sebagai reaksi atas intervensi Amerika Serikat pada Perang Arab-Israel 1973 (Perang Yom Kippur) sehingga penerimaan atas hasil ekspor Minyak bumi meningkat. Menggunakan arsitektur modern dengan interior tradisional dengan perabot berukiran jepara. Gedung ini digunakan oleh Presiden Soeharto sebagai ruang kerja kepresidenan yang selanjutnya digunakan oleh Presiden B.J.Habibie dan Presiden Abdurrahm

Masa Pemerintahan Dinasti Sanjaya di Mataram Kuno

Pada abad ke-8 di pedalaman Jawa Tengah berdiri Kerajaan Mataram Hindu. Pendirinya adalah Raja Sanjaya . Munculnya Kerajaan Mataram Kuno diterangkan dalam Carita Parahyangan. Kisahnya adalah dahulu ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Galuh. Rajanya bernama Sanna (Sena). Suatu ketika, ia diserang oleh saudaranya yang menghendaki takhta. Raja Sanna meninggal dalam peristiwa tersebut, sementara saudara perempuannya, Sannaha, bersama keluarga raja yang lainnya berhasil melarikan diri ke lereng Gunung Merapi. Anak Sannaha, Sanjaya, di kemudian hari mendirikan Kerajaan Mataram dengan ibu kota Medang ri Poh Pitu. Tepatnya pada tahun 717 M. Bukti lain mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Hindu atau sering juga disebut Mataram Kuno adalah prasasti Canggal yang dikeluarkan oleh Sanjaya. Prasasti ini berangka tahun Cruti Indria Rasa atau 654 Saka (1 Saka sama dengan 78 Masehi, berarti 654 Saka sama dengan 732 M), hurufnya Pallawa, bahasanya Sanskerta, dan letaknya di Gunung Wukir, sebelah

Corak dan Fungsi Candi Hindu-Budha di Indonesia

Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha dalam bidang arsitektur atau seni bangunan dapat kita lihat dengan jelas pada candi-candi. Ada perbedaan fungsi antara candi dalam agama Hindu dan candi dalam agama Buddha. Dalam agama Hindu, candi difungsikan sebagai makam. Adapun dalam agama Buddha, candi berfungsi sebagai tempat pemujaan atau peribadatan. Meski difungsikan sebagai makam, namun tidak berarti bahwa mayat atau abu jenazah dikuburkan dalam candi. Benda yang dikuburkan atau dicandikan adalah macam-macam benda yang disebut pripih. Pripih ini dianggap sebagai lambang zat jasmaniah yang rohnya sudah bersatu dengan dewa penitisnya.  Pripih ini diletakkan dalam peti batu di dasar bangunan, kemudian di atasnya dibuatkan patung dewa sebagai perwujudan sang raja. Arca perwujudan raja itu umumnya adalah Syiwa atau lambang Syiwa, yaitu lingga. Pada candi Buddha , tidak terdapat pripih dan arca perwujudan raja. Abu jenazah raja ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa. Bangunan candi terdiri

Senirupa, Patung dan Relief Candi Peninggalan Hindu-Budha

Seni rupa Nusantara yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha dari India adalah seni pahat atau ukir dan seni patung. Seni pahat atau ukir umumnya berupa hiasan-hiasan dinding candi dengan tema suasana Gunung Mahameru, tempat kediaman para dewa.  Hiasan yang terdapat pada ambang pintu atau relung adalah kepala kala yang disebut Banaspati (raja hutan). Kala yang terdapat pada candi di Jawa Tengah selalu dirangkai dengan makara, yaitu sejenis buaya yang menghiasi bagian bawah kanan kiri pintu atau relung. Pola hiasan lainnya berupa daun-daunan yang dirangkai dengan sulur-sulur melingkar menjadi sulur gelung. Pola ini menghiasi bidang baik horizontal maupun vertikal. Ada juga bentuk-bentuk hiasan berupa bunga teratai biru (utpala), merah (padam), dan putih (kumala).  Pola-pola teratai ini tidak dibedakan berdasarkan warna, melainkan detail bentuknya yang berbeda-beda. Khususnya pada dinding candi di Jawa Tengah, terdapat hiasan pohon kalpataru (semacam beringin) yang diapit o

Kitab Mahabarata dan Ramayana

Wiracarita atau kisah kepahlawanan India yang memasyarakat di Indonesia dan memengaruhi kehidupan serta perkembangan sosial budaya adalah cerita Mahabharata dan Ramayana . Kitab Mahabharata terdiri atas delapan belas jilid (parwa). Setiap jilid terbagi lagi menjadi beberapa bagian (juga disebut parwa) yang digubah dalam bentuk syair. Cerita pokoknya meliputi 24.000 seloka.  Sebagian besar isi kitab ini menceritakan peperangan sengit selama delapan hari antara Pandawa dan Kurawa. Kata Mahabharatayudha sendiri berarti peperangan besar antarkeluarga Bharata. Menurut cerita, kitab ini dihimpun oleh Wiyasa Dwipayana. Akan tetapi, para ahli sejarah beranggapan bahwa lebih masuk akal jika kitab itu merupakan kumpulan berbagai cerita brahmana antara tahun 400 SM sampai 400 M. Kitab Ramayana dikarang oleh Walmiki. Kitab ini terdiri atas tujuh jilid (kanda) dan digubah dalam bentuk syair sebanyak 24.000 seloka. Kitab ini berisi perjuangan Rama dalam merebut kembali istrinya, Dewi Sinta (Sita), y

Perkembangan Tradisi Hindu-Buddha di Indonesia

Pada masa berkembangnya agama Hindu-Buddha di Nusantara, tradisi Hindu-Buddha mengalami perkembangan yang cukup pesat di wilayah Nusantara dalam berbagai sektor sebagai berikut. a. Sistem struktur sosial masyarakat Masuk dan berkembangnya agama Hindu di Indonesia memengaruhi sektor kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk sistem dan struktur sosial masyarakatnya. Pengaruhnya dapat dilihat melalui diterapkannya sistem pembagian kasta pada masyarakat Indonesia. Sistem pembagian kasta di Indonesia tidak seperti yang ada di India, akan tetapi merupakan sistem pengelompokan masyarakat melalui tingkatan-tingkatan kehidupan masyarakat dan berlaku turun temurun. Hal ini untuk menunjukkan status sosial dalam masyarakat Indonesia. Sementara itu, di India perbedaan sistem kasta sangat mendasar sebab untuk membedakan status sosial antara golongan Arya dan Dravida. Pada masyarakat Indonesia yang mendapat pengaruh Buddha muncul pembagian kelompok masyarakat bhiksu dan bhiksuni, yaitu kelompok masy

Perkembangan Agama dan Budaya Budha

Ketika agama Hindu mengalami kemunduran, muncullah agama Buddha di India yang disiarkan oleh Siddharta Gautama. Ajaran Buddha ditulis dalam kitab suci Tripitaka yang berarti tiga keranjang atau tiga himpunan nikmat. Isi kitab suci Tripitaka sebagai berikut. Suttapitaka, berisikan himpunan ajaran dan khotbah Buddha. Bagian terbesar adalah percakapan antara Buddha dan beberapa orang muridnya. Di dalamnya terdapat pula kitab meditasi dan peribadatan. Winayapitaka, berisikan tata hidup setiap anggota biara (sangha). Abhidharmapitaka, ditujukan bagi lapisan terpelajar dalam agama Buddha sebab merupakan pelajaran lanjutan. Ada empat tempat yang dianggap suci dalam agama Buddha. Taman Lumbini di Kapilawastu, tempat lahirnya Siddharta (563 SM). Bodhgaya, tempat Siddharta menerima wahyu Buddha. Kusinagara, tempat wafatnya Siddharta pada tahun 482 SM. Benares, tempat Siddharta pertama kali berkhotbah. Ajaran Buddha seperti yang dikhotbahkan Siddharta di Taman Menjangan, Benares, berisikan hal-h

Perkembangan Agama dan Budaya Hindu

Lahirnya Agama Hindu ada hubungannya dengan kedatangan suku bangsa Arya ke India. Bangsa Arya masuk ke India sejak 1500 SM melalui Celah Kaiber (Afghanistan) dan mendiami Aryawarta (daerah yang berada di Lembah Indus, Lembah Gangga, dan Lembah Yamuna di Dataran Tinggi Dekhan). Bangsa Arya kemudian mendesak ras Dravida (penghuni asli India) dan terjadilah percampuran kedua ras suku bangsa tersebut. Percampuran budaya antara kedua ras itu disebut peradaban Hindu atau hinduisme. Agama Hindu adalah sinkretisme antara kebudayaan Arya dan Dravida yang menyembah banyak dewa. Agama Hindu bersifat politeisme, artinya menyembah banyak dewa. Setiap dewa merupakan lambang kekuatan alam. Beberapa dewa yang terkenal adalah Trimurti (Brahma, dewa pencipta ; Wisnu, dewa pemelihara ; Syiwa, dewa perusak), Pertiwi (dewi bumi), Surya (dewa matahari), Bayu (dewa angin), Baruna (dewa laut), dan Agni (dewa api). Kitab suci agama Hindu adalah Weda, artinya pengetahuan, yang terdiri atas empat bagian. Rigwed